Kamis, 19 Oktober 2023

1.4.A.8 KONEKSI ANTAR MATERI – MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

1.4.A.8 KONEKSI ANTAR MATERI – MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

OLEH :

DIAH WINARNI, S.Pd

CGP ANGKATAN 9 KAB. BREBES

SMP NEGERI 3 WANASARI

Ø  Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan

  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak. 

Jawaban :

Ø  Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah atau kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelum nya yaitu Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, nilai dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak yakni Setelah mempelajari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4 kesimpulannya saya sebagai seorang guru harus memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman nya. Artinya pendidikan itu berpihak dan berpusat kepada anak memerdekakan anak dalam berekspresi dan menyampaikan ide atau gagasannya dan sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Ø  Nilai dan peran guru penggerak yaitu Berpihak pada siswa, Mandiri, inovatif,  kolaboratif dan reflektif.

Ø  Peran guru penggerak antara lain :

1.      Menjadi pemimpin pembelajaran

2.      Menggerakkan komunitas praktisi

3.      Menjadi coach bagi guru lain

4.      Mendorong kolaborasi antar guru

5.      Mewujudkan kepemimpinan peserta didik atau study agency

Ø  Visi guru penggerak visi guru penggerak dapat tercapai dengan melakukan pendekatan inkuiri apresiatif yang dilakukan melalui tahapan proses BAGJA (buat pertanyaan, ambil Pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana, atur eksekusi) di mana proses ini akan membentuk dan menghasilkan budaya positif di kelas atau di sekolah sehingga mampu menciptakan peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

 

1.      Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

 

Jawaban :

 

Konsep inti yang telah dipelajari pada modul 1.4 positif modul budaya positif guru penggerak dan seluruh warga sekolah berkolaborasi bersama dalam menerapkan budaya positif wujud dari penerapan budaya positif antara lain merancang peraturan kelas, membuat keyakinan kelas, menciptakan lingkungan positif, mewujudkan budaya positif. Wujud penerapan budaya positif menciptakan satu menciptakan lingkungan positif 2 membuat keyakinan kelas 3 merancang peraturan atau kesepakatan kelas 4 mewujudkan budaya positif dengan menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi siswa.

Budaya positif atau pembiasaan-pembiasaan positif yang dilaksanakan di sekolah adalah nilai-nilai positif yang diterapkan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik untuk mewujudkan profil belajar Pancasila. Budaya positif inilah yang akan menimbulkan rasa aman dan nyaman pada para murid saat berlangsungnya proses pembelajaran budaya positif mendorong siswa untuk mampu bernalar kritis sehingga menimbulkan sikap gotong royong Mandiri berkebhinekaan Global kreatif dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Budaya disiplin. Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri anak sedangkan nilai kebajikan dan keyakinan kelas ialah tujuan mulia yang mengacu kepada nilai-nilai atau prinsip mulia yang dianut oleh siswa dan guru.

Adapun kebutuhan dasar manusia ada 5 yaitu bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan dan penguasaan. Selain itu, terdapat 5 (lima) posisi kontrol antara lain 1) pemberi hukuman membuat rasa bersalah 2) membuat rasa bersalah 3) teman 4) pemantau dan 5) manajer. Sedangkan pada segitiga restitusi ada 3 tahap yaitu 1) menstabilkan identitas 2) validasi tindakan yang salah 3) menanyakan keyakinan

 

2.      Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawaban :

Setelah mempelajari modul 1.4 saya mendapat pembelajaran baru bagaimana membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa yang menimbulkan hal-hal baik dalam proses pembelajaran di kelas atau di sekitar lingkungan sekolah. Saya mencoba untuk memposisikan diri saya pada situasi dan keadaan posisi siswa yang bermasalah serta saya dapat memberikan motivasi dan mendorong siswa untuk berubah ke arah yang lebih baik dan berperilaku positif dan menjadi budaya sehingga menjadi budaya positif di sekolah.

 

3.      Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Jawaban :

Pengalaman yang saya alami dalam melakukan posisi kontrol kepada para murid saya adalah saya seringkali marah dan emosi ketika murid melakukan kesalahan namun setelah saya mempelajari 5 (lima) posisi kontrol dan memahaminya serta memaknainya, maka saya mencoba memposisikan diri saya sebagai pemantau dan manajer saya mencoba menerapkan posisi yang menuntun siswa menemukan solusi dari permasalahannya sehingga memberikan pertanyaan pemantik pada siswa dalam menemukan solusi dari kesalahan yang sedang terjadi atau dialaminya serta membiasakan kebiasaan yang positif agar kebiasaan positif tersebut dapat terwujud menjadi budaya yang positif.

 

4.      Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Jawaban :

Perasaan yang saya rasakan adalah rasa menyesal dan bersalah kepada siswa ketika dalam menyelesaiakn masalah dengan amarah. Tidak seharusnya saya berbuat seperti itu, tetapi setelah memahami posisi control dan materi CGP yang lainnya saya mulai memahami dan mempraktikkan praktik baik kepada siswa. Dan yang saya rasakan sekarang adalah bangga karena bisa menyelesaikan permasalahan siswa dengan baik.

 

5.      Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Jawaban :

Hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan sekolah saya adalah disiplin positif, nilai-nilai kebajikan serta keyakinan kelas yang dibangun bersama dan berpihak kepada murid salah satunya mengadakan penyambutan siswa atau kegiatan 5S (sapa, senyum, salam, sopan, santun) sebelum siswa masuk ke sekolah, mengadakan tadarus sebelum siswa masuk jam pembelajaran, mengadakan kegiatan Jumat berkah dengan pembacaan Yasin atau Asmaul Husna bersama dan pembagian sarapan gratis kepada siswa serta melaksanakan salat Dhuha dan dzuhur berjamaah dan tidak lupa mengadakan kegiatan operasi semut (semua sampah dipungut)

Adapun hal yang perlu diperbaiki adalah bagaimana merubah posisi kontrol yang selama ini terbiasa saya lakukan sebagai seorang pembuat rasa bersalah atau bahkan mungkin tidak sengaja sebagai penghukum menuju posisi pemantau teman serta manajer dengan atau secara konsisten

 

6.      Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya? 

Jawaban :

Sebelumnya posisi kontrol yang selama ini terbiasa saya lakukan adalah sebagai seorang pembuat rasa bersalah atau bahkan penghukum. Perasaan saat itu saat saya melakukan posisi kontrol itu adalah hal yang benar dengan harapan siswa mau mempertanggungj awabkan sikapnya dan mampu merubah sikap lebih baik walaupun kadang saya merasa seperti memaksa mereka untuk berubah. Setelah mempelajari modul 1.4 ini saya mencoba melakukan posisi kontrol sebagai manajer teman dalam menghadapi murid saya yang melakukan kesalahan, saya merasa bangga jika murid saya menyadari kesalahannya dan mampu menemukan solusi untuk bertanggung jawab memperbaiki sikapnya.

 

7.      Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Jawaban :

Alhamdulillah Kebetulan saya seorang guru BK sehingga menurut saya segitiga restitusi sering sekali bahkan hampir setiap hari dilakukan oleh seorang guru BK tetapi karena memang kami sebagai guru BK baru menyadari bahwa yang kami terapkan selama ini adalah segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan. Saya berusaha melakukan segitiga restitusi dalam semua tahapan yaitu menstabilkan identitas seperti menanyakan alasan kenapa murid tersebut melakukan hal yang buruk atau tidak bertanggung jawab atas kesalahannya menanyakan apakah siswa mengerti siswa paham kaitannya yang sudah dilakukan kemudian siswa diminta atau diharapkan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri secara mandiri tentunya dengan arahan dari saya sebagai guru BK tetapi yang memang sering kami lakukan masih ada sedikit yang berbeda atau salah kaitanya dengan Siswa masih sering membuat siswa merasa bersalah ataupun memberikan hukuman sebagai sikap pertanggungjawabannya untuk kesalahan yang mereka perbuat contohnya misal siswa dilarang ikut pelajaran atau siswa harus membersihkan kelas

 

8.      Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Jawaban :

Selain hal-hal yang saya dapatkan di modul 1.4 ini Ada hal penting lainnya dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah yaitu berupa adanya kegiatan kolaborasi dengan rekan sejawat murid dan seluruh warga sekolah serta kelengkapan sarana dan prasarana sekolah yang nyaman aman dan menyenangkan untuk proses pembelajaran itulah yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif

 

Salam Guru Penggerak !! Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan !!

 

Jumat, 01 September 2023

Tugas Modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

Tugas Modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Oleh Diah Winarni – CGP Angkatan 9

Kab. Brebes Jawa Tengah

 

A.    Kesimpulan dan penjelasan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

KHD berpendapat bahwa Pendidikan hakikatnya adalah menuntun atau memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki oleh anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai manusia ataupun anggota masyarakat. Pendidikan diharapkan bisa menciptakan kesempatan bagi murid agar mampu tumbuh secara utuh. Sedangkan pengajaran adalah suatu proses pendidikan yang berfungsi memberikan ilmu kecakapan hidup, baik secara lahir maupun batin.


B.     Refleksi

1.    Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Jawab :

Saya seorang guru BK menganggap bahwa murid adalah seorang sahabat. Dimana Ketika menerima siswa yang datang bisa dilakukan dengan tangan terbuka. Jadi sebisa mungkin sama halnya dengan seorang sahabat, ada kedekatan tetapi dengan tetap mempertimbangkan adab sopan santun. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan didalam kelas. Setelah mempelajari materi KHD, saya lebih paham lagi bahwa murid bukan saja hanya diterima dengan tangan terbuka tetapi dengan hati yang terbuka. Mampu memberikan rasa aman, nyaman kepada murid secara lahir dan batin. Sehingga murid dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.

2.      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawab :

a.     Saya jadi lebih peduli siswa dengan menanyakan kabar dan keadaan, tentunya agar siswa merasa diterima dan dipedulikan gurunya.

b.     membebaskan anak untuk menyelesaikan setiap tugas sesuai dengan minat, bakat, dan kreatifitasnya masing masing. Maksudnya bahwa seorang guru harus memiliki rasa percaya sepenuhnya kepada siswa bahwa mereka mampu menjalankan tanggung jawabnya.

c.   lebih cermat melihat bakat anak. Tentunya agar dapat memastikan kemampuan siswa dalam bidang tertentu dengan tepat.

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Jawab :

a.    Yang akan diterapkan dikelas adalah mengemas pembelajaran secara menarik, interaktif dan menyenangkan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat, maksudnya bahwa guru menjelaskan materi Pelajaran dengan berbagai macam cara dan Teknik sehingga siswa lebih semangat belajar. Salah satu contohnya dengan cara memutarkan materi lewat sebuah cerita video atau media sosial, belajar diluar kelas melalui permainan kelompok .

b.    Menerapkan pembelajaran berbabis kearifan loKal dan budaya setempat, agar siswa juga paham akan keadaan sekitar tempat tinggalnya.

c.    Menerapkan konsep Merdeka belajar dikelas

d.    Menerapkan pembelajaran yang mengutamakan aspek budi pekerti

e.    Menerapkan sistem among, yaitu memberikan pendidikan dengan cara menuntun bukan menuntut siswa agar bisa berkembang sesuai dengan keinginan kita.

f.     Menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Rabu, 07 Mei 2014

HASIL SURVEI TENTANG KEBERBAKATAN ANAK


LAPORAN HASIL SURVEI TENTANG KEBERBAKATAN ANAK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Layanan Anak Berbakat
Dosen Pengampu : Dr. Suriswo


Oleh :
Nama : Diah Winarni
NPM : 1111500178
Kelas : V F

PROGDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”. Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah cerdas, cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super.
Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376) mengemukakan “Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms have be en used to describ individuals who are superior in some way : “talented, creative, genius, and precocious, for example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity dalam area perkembangan sepert: bahasa, musik, atau kemampuan matematika.
Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7) memberikan batasan anak berbakat sebagai berikut; “Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikanprestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat”. David G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324) mengutip dari Public Law 91-230 (United States Statutes at Large 1971, p. 153) sebagai berikut : (1) The ter, “gifted and talented children” mean, in accordance with objective criteria prescribed by the commissioner, children who hav outstanding intelectual ability or creative talent, the development of which requires special activities or services not ordinarily provided by local educational agencies.
Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah “mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”. Sedangkan Renzulli (1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau “Three-ring Conception” tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan,yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) kreativitas, dan (c) komitmen pada tugas.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan konsep bakat dan berbakat?
2.      Apa saja ciri-ciri anak berbakat?
3.      Apa saja cara atau metode untuk menentukan anak berbakat?
4.      Bagaimana metodologi survey pada anak berbakat?

  1. Tujuan
1.      Mengetahui konsep bakat dan berbakat
2.      Mengetahui ciri-ciri anak berbakat
3.      Mengetahui cara atau metode untuk menentukan anak berbakat
4.      Mengetahui metodologi survey pada anak berbakat




















BAB II
ISI

A.    Konsep Bakat dan Berbakat
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.  Definisi Columbus Group, bakat adalah 'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata, mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab. Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja. Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.  Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. 
 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak berbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga “gifted and talented” yang berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara oftimal.
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif., bahkan menurut Clark (1986) dalam Conny Semiawan (1994), kreativitas adalah ekpresi tertinggi keberbakatan. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan “cultur bound” (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu :
1)      Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawasejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya.
2)      Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungankebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :40).

B.     Ciri – Ciri Anak Berbakat
1.      Apabila seorang anak memiliki 18 ciri dari 25 ciri berikut, maka anak tersebut dapat digolongkan anak berbakat.
2.      Membaca pada usia lebih muda
3.      Membaca lebih cepat dan lebih banyak
4.      Memiliki perbendaharaan yang luas
5.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
6.      Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
7.      Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
8.      Menunjukan keaslian dalam ungkapan variable
9.      Memberi jawaban – jawaban yang baik
10.  Dapat memberikan banyak gagasan
11.  Luwes dalam berfikir
12.  Terbuka terhadap rangsangan – rangsangan dari lingkungan
13.  Mempunyai pengamatan yang tajam
14.  Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
15.  Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
16.  Senang mencoba hal – hal yang baru
17.  Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
18.  Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan – pemecahan masalah
19.  Cepat menangkap hubungan sebab akibat
20.  Berperilaku terarah pada tujuan
21.  Menpunyai daya imajinasi yang kuat
22.  Mempunyai banyak kegemaran
23.  Mempunyai daya ingat yang kuat
24.  Tidak cepat kuat dengan pretasinya
25.  Peka serta menggunakan firasat
26.  Menginginkan kebebasan dalam gerkan dan tindakan

C.    Metode mengidentifikasi Anak Berbakat
Ada beberapa metode untuk mengidentifikasi anak berbakat secara umum bisa dibedakan dua pendekatan antara lain :
1)      Dengan penggunaan alat-alat tes, meliputi dua tahap:
a.    Tahap penyaringan atau “screening” dengan tes kelompok yang sudah dibakukan. Biasanya tes aptitude seperti tes inteligensi, dan tes prestasi belajar.

b.   Tahap seleksi atau identifikasi dengan tes individual. Ini lebih halus dan mengukur kemampuan seseorang dengan teliti dan tepat. Tes inteligensi individual yang populer adalah Wechsler dan Stanford Binet.

2)      Pendekatan kedua adalah identifikasi melalui studi kasus, yaitu memperoleh sebanyak mungkin keterangan tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda-beda.-sumber yang berbeda-beda.





BAB III
METODOLOGI SURVEI

A.    Identitas Subjek
1.      Nama lengkap                  : Maulina Febrianti     
2.      Tempat, tanggal lahir       : Brebes, 17 Februari 2000
3.      Usia                                  : 13 tahun
4.      Jenis Kelamin                   : Perempuan
5.       Alamat                             : Jl. Rumono no.10 Rt 02 / Rw II Petunjungan Kec.
Bulakamba Kab. Brebes
6.      Pekerjaan                          : Pelajar SMP Muhammadiyah Bulakamba
7.      Agama                              : Islam
8.      Kewarganegaraan            : Indonesia     
9.      Anak ke                            : 2 (Dua)         
10.  Jumlah saudara kandung  : 3 (Tiga)

Ø  Nama Orang Tua
-          Ayah                           : Suherman                  (Sopir)
-          Ibu                               : Dewi Yuliana            (Ibu Rumah Tangga)

Ø  Perolehan Prestasi
1.      Selalu masuk peringkat 10 (Sepuluh) besar di kelas.
2.      Sering mendapatkan juara I lomba melukis yang diadakan di berbagai tempat seperti di Sekolah Sendiri, sekolah luar, dan yang paling sering di acara-acara perlombaan luar.
3.      Pernah mendapatkan penghargaan pula dalam bidang tari tradisional pada Porseni tingkat kelurahan saat masih duduk di bangku SD.
4.      Pernah mendapatkan juara III lomba membaca Al-quran yang diadakan di desanya.
5.      Pernah mendapatkan juara II gerak jalan pada saat memperingati HUT RI.


B.     Metode Pengumpulan data
1.      Melakukan obervasi dan pengamatan langsung terhadap subjek selama beberapa hari.
2.      Pengumpulan data angket dari orang tua subjek yang diobservasi.
3.      Pengumpulan data angket dari anak yang menjadi obyek observasi.
4.      Melakukan wawancara dengan orang tua dan teman bermain subjek.

C.    Teknik Analisis
1.      Perkembangan Bahasa, yang di alami subjek
-          Berceloteh pada umur 11 bulan.
-          Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (misalnya Pa berarti bapak, ma berate mama, mam berarti makan) pada umur 14 bulan.
-          Berbicara pada satu kata bermakna pada umur 1,5 tahun dan kemudian langsung dapat berbicara lengkap, karena sesungguhnya subjek anak yang cerewet.
2.      Perkembangan Sosial  :
-          Hubungan dengan orangtua adalah baik, rukun, dapat mengerti.
-          Hubungan dengan saudara adalah baik, cukup rukun.
-          Hubungan dengan teman adalah baik, dapat menyesuaikan dengan lingkungan teman yang baru, bersahabat, dapat saling bekerja sama, rukun.
3.       Perkembangan Pendidikan :
-          Pelayanan pendidikan khusus seperti Bimbel, kursus-kursus untuk Mapel disekolah tidak ada. Subjek selalu rajin dan giat belajar sendiri. Dengan strategi yang dilakukan saat belajar:
Di Rumah        : Belajar sambil nonton televise, makan makanan ringan dan kadang-kadang sambil mendengarkan musik
Di Sekolah      : Selayaknya murid yang rajin dengan cara memperhatikan guru yang menerangkan.
-          Tetapi, untuk masalah pandai menggambar dan melukis. Subjek memang pernah di ikutkan dalam les menggambar, karena orang tuanya melihat potensi subjek yang gemar menggambar. Sehingga tidak heran gambarnya selalu bagus, menarik dan mendapatkan juara pertama.

PEDOMAN OBSERVASI : DAFTAR CEK LIST
No.
Gejala yang Diamati
Keterangan*)
YA
TIDAK
1.
Membaca pada usia lebih muda
2.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3.
Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4.
Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5.
Mempunyai minat yang luas, terhadap segala hal
6.
Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
7.
Menunjukkan kesalahan (orisinilitas) dalam ungkapan verbal
8.
Memberi jawaban, jawaban yang baik
9.
Dapat memberikan banyak gagasan
10.
Luwes dalam berpikir
11.
Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari luar
12.
Mempunyai pengamatan yang tajam
13.
Dapat berkonsenterasi dalam jangka waktu yang panjang terutama dalam tugas atau bidang yang diminati
14.
Berpikir kritis juga terhadap diri sendiri
15.
Senang mencoba hal-hal baru
16.
Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintesis yang tinggi
17.
Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah-masalah
18.
Cepat menangkap hubungan sebab akibat
19.
Berperilaku terarah terhadap tujuan
20.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat
21.
Mempunyai banyak kegemaran /hobi
22.
Mempunyai daya ingan yang kuat
23.
Tidak cepat puas dengan prestasinya
24.
Peka (sensitif) serta menggunaka firasat (intuisi)
25.
Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan
*) berilah tanda cek pada kolom yang disediakan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat ditarik pembahasan bahwa subjek yang saya observasi ini bernama Maulina Febrianti dengan usia 13 tahun. Merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bpk. Suherman dan Ibu Dewi Yuliana. Maulina Febrianti ini sekarang berstatus sebagai pelajar di SMP Muhammadiyah Bulakamba dengan predikat sebagai pelajar yang berprestasi.
Prestasi demi prestasi telah dia raih dalam bidang akademik maupun non akademik. Meskipun dia tidak mengikuti program bimbingan belajar atau kursus-kursus secara khusus. Namun dengan kemampuannya yang dimiliki sejak kecil, dia mampu mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Terbukti dengan prestasinya sejak kecil dengan mengalami perkembangan yang sangat baik sejak usia dini.
Pada tahun pertamanya lahir, saat umur sekitar 11 bulan, dia telah mampu berceloteh dan mengucapkan satu suku kata yang bermakna pada umur sekitar 14 bulan, berbicara dengan satu kata dan satu kalimat sederhana dalam usianya yang masih dini. Perkembangan tersebut mempengaruhinya dalam fase sekolah. Yang mana dia masih bisa mengikuti jalannya pelajaran disekolah yang dia masuki. Nilai raportnya membuktikan bahwa prestasinya dalam bidang akademik sangatlah memuaskan. Hal ini menjadikannya sebagai pelajar yang selalu memperoleh peringkat 10 besar dalam kelasnya.
Anak yang sering disapa Maulin ini tak hanya handal dalam bidang akademik saja. Bidang non akademiknyapun dapat dikatakan sangat baik. Terbukti banyak kejuaraan yang dia raih dalam bidang yang dia ikuti. Seperti kejuaraan-kejuaraan yang sudah disebutkan diatas. Semua itu tak lepas dari peran orangtua, terutama ibu yang hidup serumah dan mendampingi anak-anaknya sampai sekarang sehingga terjalinlah keadaan yang baik dan rukun antar keluarga dan masyarakat. Selain itu, peran guru-guru dan teman sebayanya disekolah yang selalu memberikan bantuan, arahan dan motivasi kepada subjek.




BAB V
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari uraian diatas kiranya ada beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan, antara lain :
1.      Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. 
2.      Ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan yaitu a) Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawasejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya. b) Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungankebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :40).
3.      Ada beberapa metode untuk mengidentifikasi anak berbakat secara umum bisa dibedakan dua pendekatan antara lain :
a.       Dengan penggunaan alat-alat tes, meliputi dua tahap:
-          Tahap penyaringan atau “screening” dengan tes kelompok yang sudah dibakukan. Biasanya tes aptitude seperti tes inteligensi, dan tes prestasi belajar.

-          Tahap seleksi atau identifikasi dengan tes individual. Ini lebih halus dan mengukur kemampuan seseorang dengan teliti dan tepat. Tes inteligensi individual yang populer adalah Wechsler dan Stanford Binet.

b.      Pendekatan kedua adalah identifikasi melalui studi kasus, yaitu memperoleh sebanyak mungkin keterangan tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda-beda.-sumber yang berbeda-beda.


4.      Setelah melakukan observasi, pengamatan dan wawancara terhadap obyek observasi ataupun kerabat terdekat obyek observasi, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Mauliana Febrianti merupakan anak Berbakat mempunyai keberbakatan yang tinggi. Mengapa demikian, karena ciri-ciri dan karakteristik yang sesuai dengan ciri dan karakteristik anak berbakat, seperti dapat berbicara pada usia yang lebih dini, berbagai penghargaan yang diraih sampai sekarang, dan hubungan antar keluarga dan masyarakat yang berjalan dengan baik. Selain itu, orangtua sangat perlu mengambil peran dalam aktivitas rutin Maulin.



















DAFTAR PUSTAKA
http://giftedtalented.blogspot.com
http://www.vitriyaenpa.com/articles
http//www.sinarharapan.co.id
http://www.gpdiworld.us/talenta-buah
http://www.yohanesscj.multiply.com/journal/ite/13
http://3lox.wordpress.com
http://akselerasismptarbak. blogspot.com   /2010/03/kurikulum-berdiferensiasi-bagi-anak_23.html 

http://dhensupri.wordpress.com/2009/02/23/pengembangan-kurikulum-pendidikan-untuk-anak-cerdas-istimewa/