Jumat, 05 April 2013

KEPEMIMPINAN dalam WIRAUSAHA


Latar Belakang

     Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan secara umum, antara lain :
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
   Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.


1.1.       Definisi Kepemimpinan dalam Berwirausaha
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam memajukan perusahaannya.

 1.2.   Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Baik
Tipe-tipe Kepemimpinan dalam Berorganisasi:
·         Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”,
·         Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
·         Tipe Kharismatik
Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
·         Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
·         Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
·         Tipe Administratif
Pemimpin tipe administrative ialah pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan sosial.


1.3.  Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain
  1. Pengetahuan umum yang luas. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
  2. Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
  3. Sikap yang inkuisitif atau rasa ingin tahu merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
  4. Kemampuan analitik. Efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
  5. Daya ingat yang kuat. Pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
  6. Kapasitas integratif. Pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
  7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif. Fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
  8. Keterampilan mendidik. Memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
  9. Rasionalitas. Semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
  10. Objektivitas. Pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya.  Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
  11. Pragmatisme. Dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam organisasi.
  12. Kematangan mental. Seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya.

1.4.      Sikap-sikap Pemimpin yang Sukses dalam Berwirausaha
  • (Purposeful) – MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS UNTUK DICAPAI: tujuan yang sesungguhnya
Memiliki tujuan yang jelas berarti punya pendinian, memiliki fokus, memiliki keyakinan akan keputusannya, memiliki kemampuan memu­tuskan, dan berdaya tahan, sesungguhnya merupakan kualitas pencapaian yang sukses dan tuntutan tujuan apa pun. Tak dapat dipungkiri, ini adalah salah satu kualitas manusia yang paling dicari dalam kehidupan, namun banyak orang yang belum memilikinya. Seseorang yang tidak memiliki tujuan dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal di tengah-tengah kabut di lautan yang telah kehilangan kemudi dan layar sekaligus. Di saat semuanya berjalan mulus, sering kali dilema muncul tanpa kita sadari, kecuali mungkin kurangnya pemahaman akan arah yang jelas atau gerakan yang meyakinkan. Saat cuaca berubah ia akan bereaksi dengan pengaruh dari luar. Namun kita tetap dapat kehilangan arah tujuan kita seandainyapun layar dan kemudi tetap ada di tempatnya. Kecuali jika Anda mcmiliki tujuan yang jelas dalam mengambil suatu tindakan, Anda akan menuju arah yang salah.
  • (Responsible) – TANGGUNG JAWAB: kehandalan yang sejati.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sendiri mengenai ‘akan menjadi seperti apa perusahaan saya, jika semua orang seperti saya’ adalah sebagai berikut: Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya dalam diri kita membutuhkan evaluasi yang teratur. Kebiasaan memahami betapa kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan dan lakukan menupakan hal bernilai untuk dibangun. Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya pada din orang lain membutuhkan pujian dan evaluasi kinerja yang teratur. Kebiasaan semacam ini akan mengembangkan loyalitas yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih besar sebagaimana tanggung jawab yang kita harapkan dan orang lain. Sebagian besar evaluasi kinerja tradisional terlalu terpisah-pisah dan lebih berlandaskan pada ‘bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik’ danipada ‘seberapa balk yang telah Anda lakukan.’ Evaluasi kinerja seharusnya mengikutsertakan secara tepat apa yang ingin dicapai dan kata itu: baik mengevaluasi maupun juga memuji.
  • (Integrity) — INTEGRITAS: nilai yang sejati
Tidak ada kualitas tunggal yang mendefinisikan para pemimpin, baik yang berpemikiran wirausaha atau tidak. Namun kualitas yang tak dapat diabaikan adalah melakukan sesuatu yang benar berdasarkan kesadaran akan kehormatan dan penghargaan pada orang lain. Memahami apa yang benar untuk dilakukan dan secara nyata mengerjakannya berarti memiliki integnitas. Filsuf Yunani Socrates percaya bahwa untuk sungguh mengetahui apa yang benar tidak mungkin tanpa bertindak selaras dengannya. Ketika dia telah dijatuhi hukuman mati oleh pemenintah untuk apa yang dianggap sebagai pandangan yang sangat kontroversial, teman-temannya memaksanya untuk melarikan diri dengan rencana yang telah mereka susun. Socrates dengan tegas menolak saran mereka, dengan menjawab: ‘Sepanjang hidupku, aku telah mengajarkan bahwa orang harus mematuhi hukum yang berlaku di suatu tempat. Jika hukum itu salah maka kita harus memperbaikinya melalui diskusi, dan walaupun saya menjadi korban ketidakadilan, saya tidak dapat dengan tiba-tiba melawan apa yang menjadi kepencayaan saya hanya karena hidup saya terancam. Pnionitas pertama manusia bukan hanya untuk hidup, namun untuk memimpin suatu kebaikan dan menjalani kehidupan’ Dengan lebih memilih untuk memberikan hidupnya dibandingkan hidup tanpa integnitas, dia membuat sebuah contoh sangat besar mengenai melakukan apa yang Anda ajarkan.
  • (Nonconformity) – KETIDAKCOCOKAN: kreativitas yang sesungguhnya
Pemimpin wirausaha bukanlah seorang yang mudah cocok, kecuali dalam hal ketaatan mereka terhadap nilai inti. Tak seorang pun mencapai sukses yang sesungguhnya untuk menjadi diri sendiri dengan menjadi seorang yang mudah cocok (konformis). Namun dalam bisnis, banyak orang berpegang teguh pada pola yang mereka percayai, yaitu selubung mayoritas merupakan suatu prasyarat bagi persetujan dan keberhasilan. Dengan cara ini bisnis menjadi mangsa mitos , mendasar—bahwa mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas tidaklah maha tahu semata-mata karena dia adalah mayoritas dan sullt untuk memastikan kebenaran pendapat tersebut.
  • (Coureqeous) – KEBERANIAN : kekuatan yang sejati
Ketika Anda memiliki keberanian terhadap pendirian Anda dan keberanian untuk menjadi diri Anda sendiri dan mengikuti jalan yang Anda percayai sebagai yang terbaik, kekuatan Anda yang sejati berkembang secara alami. Di dalamnya, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ditinjau ulang dan diperhatikan, sementara kategori Kelemahan lebih diutamakan daripada apa yang dianggap sebagai kekuatan. Setiap laporan akan menekankan lebih pada yang pertama daripada yang terakhir secara sungguh-sungguh, sekalipun salah pedoman, kepercayaan bahwa sesuatu yang salah haruslah menjadi perhatian.
  • (Intuitive) — INTUITIF : keputusan yang sesungguhnya
Suatu keputusan yang nyata merupakan sesuatu yang sangat penting. Bukan apa yang anda, Anda makan, ke mana Anda akan pergi atau bahkan, mobil apa yang akan Anda beli. Keputusan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang mempengaruhi masa depan dan keberhasilan Anda dan juga orag lain. Sedikit orang akan berpendapat bahwa salah satu kemampuan yang terpenting dalam bisnis adalah untuk maju bersama dengan yang lain. Saya percaya bahwa itu sama pentingnya dengan membuat keputusan yang benar ‘Tentu saja demikian! dapat saya bayangkan Anda berkata kepada diri Anda sendiri. Hidup ini akan menjadi sempurna yang kita harapkan jika ini yang terjadi. Namun membuat keputusan yang sulit, apalagi selalu membuat keputusan yang benar. Saya berpendapat, setiap dari kita dapat belajar bagaimana untuk menjadi intuitif sampai pada titik saat kita harus membuat sesuatu keputusan yang sangat penting, baik besar maupun kecil, dengan latihan bertahap untuk menjadi yang terbaik.
  • (Patience) — KESABARAN: hubungan yang sesungguhnya
Manusia memiliki keunikan, dalam menempatkan batasan waktu bagi suatu hasil yang diinginkannya dalam hidup, khususnya berkaitan dengan relasi. Tentu saja, mudah bersikap sabar terhadap sesuatu yang ihasilnya sudah ten- tu, karena dalam kepastian, hanya sedikit ruang untuk kecemasan. Terdapat hubungan langsung yang berkaitan antara kesabaran dan kepastian, sebanyak antara ketidaksabaran dan keraguan. Semakin Anda tidak sabar untuk sesuatu berjalan sesuai kehendak Anda, semakin Anda bertanya-tanya apakah akan terjadi demikian. Kapanpun Anda mempertanyakan suatu ide intuitif yang Anda percayai benar, pertanyaan Anda menyebabkan meningkatnya keraguan sampai Anda berpikir bahwa ide itu tidak tidak masuk akal dan kemudian mengabaikan atau mengulurnya hingga sesuai dengan batasan rasional Anda. Sekalipun ide tersebut benar dalam rasio Anda, terpengaruh oelh ketidaksabaran Anda untuk mencapai apa yang Anda inginkan, akan tampak sebagai ide yang salah atau jalan yang terlalu lambat untuk apa yang Anda inginkan. Bersikap sabar membutuhkan keyakinan.
  • (Listen) — MENDENGARKAN: pasar yang sesungguhnya
Pemasaran adalah istilah yang pada mulanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana keberhasilan suatu bisnis bergantung sepenuhnya pada sesuatu di luar dirinya. Pemasaran mengajarkan, jika kita mendengarkan perekonomian, masyarakat, dan konsumen, kita dapat menggunakan informasi tersebut untuk menentukan strategi internal. Aneh,nya pemasaran sangat jarang digunakan untuk hal ini. Bukan berarti ‘siapakah konsumen kita’ , pemasaran telah menjadi sekadar alat pendukung penjualan dengan bertanya ‘bagaimana kita dapat menjual lebih banyak yang kita inginkan. Dengan telah beralihnya kita dari budaya menjual produk menjadi melayani konsumen, sekarang menjadi lebih penting untuk mendengarkan pasar kita dan menentukan apa yang mereka inginkan dibanding masa-masa sebelumnya.
  • (Enthusiasm) – ANTUSIASME : komunikasi yang sesungguhnya
Manusia dilahirkan dengan cara pandang yang optimis atau positif, namun pesimisme atau pandangan-pandangan negatif sering kali memung­kinkan untuk dikedepankan. Pesimisme datang dan kekecewaan, dari suatu impresi buruk yang terbentuk karena rintangan yang terjadi di masa lalu. Mungkin pesimisme menunjukkan kehati-hatian dan pengalaman, namun yang baik adalah untuk berpikir hanya pada kesulitan macam apa yang dapat terjadi di depan kita? Efek psikologis dan optimisme adalah dia membantu pencapaian keberhasilan.
  • (Service) — LAYANAN: tindakan yang sesungguhnya
Setiap orang mengetahui betapa pentingnya layanan pelanggan. Setiap orang berpikir bahwa mreka mengetahui layanan sebaik apa yang dibutuhkan. Walaupun begitu, persepsi konsumenlah yang benar-benar harus diperhitungkan. Memahami persepsi konsumen terhadap Anda, produk Anda, layanan Anda, dan bisnis Anda merupakan kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dan keberhasilan dalam menumbuhkan penjualan. Meskipun demikian, kecuali kita mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, kita akan dapat memaksimalkan nilai yang kita bentuk dari kesempatan memiliki konsumen. Mendapatkan masukan dari konsumen sama pentingnya dengan menerima masukan tentang diri kita. Itu membantu kita mengevaluasi tindakan nyata yang diperlukan.

1.5.    Perilaku Kepemimpinan
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
1.      Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dan mencapai sasaran.
2.      Berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.
Ada tiga variabel utama yang tercakup dalam kepemimpinan:
1.      Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut .
2.      Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan.
3.      Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan para bawahan.





Kamis, 04 April 2013

ISLAM dan PENDIDIKAN KARAKTER


A.PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER 

Menurut pendapat kardinata (2010)karakter itu menyangkut perilaku yang sangat luas, mengandung nilai – nilai kerja keras ,kejujuran ,disiplin mutu ,estetika, komitmen , empati, tanggung jawab, dan rasa kebangsaan yang kuat. Pendidikan karakter adalah proses ber kelanjutan yang tak pernah berakhir, selama sebuah  bangsa dan ingin tetap eksis. Pendidikan karakter  menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan alih generasi.
Adapun istilah karakterbangsa  tidaklah sama dengan  penjumlahan  karakter perorangan , karena dalam karakter bangsa terkandung perekat budaya yang tercermin dalam kesadaran budaya dan kecerdasan budaya setiap warga negara.
Pendidikan karakter harus dilandasi oleh pemahaman terhadap siswa secara mendalam , menyatu dalam proses pembelajaran yang mendidik, disadari oleh pendidik sebagai tujuan pendidikan, dan tidak berwujud sebagai mta pelajaran khusus.
Pendidikan karakter  memerlukan pula kebijakan dan birokrasi yang mendukung pengembangan budaya belajar. Pola pikir para pejabat pendidikan dipusat dan didaerah harus mampu melihat melihat dan memposisikan  pendidikan sebagai proses  membangun karakter, membangun budaya sekolah yang sehat, dan memahami secara benar tentang seripati pendidikan.
Hal yang tidak kalah pentingnya, bahwa pendidikan karater adalahpendidikan sepanjang hayat, yang memerlukan keteladanan dan sentuhan sejak dini hingga dewasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus melibatkan berbagai tingkatan, dan linkungan kehidupan, karena tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh sekolah.


B.NILAI – NILAI  PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter meliputi penanaman nilai – nilai : (1) iman ; (2) indah ; (3) santu; (4) sadar waktu;  (5) sadar sosial; (6) sederhana; dan (7) jujur.
Iman adalah puncak tertinggi karakter. Iman merupakan wujud kehendak dalam hati sekaligus wujud perilaku yang memantulkan keyakinan manusia mengenai hubungan diri dengan Tuhannya, lingkungan kemanusiaannyadalam kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat. Iman menjadi sumber dan pedoman perilaku manusia, sejakshalat sampai dengan pembiasaan hidup bersih, bahkan menyingkirkan kulit pisang agar tidak mencelakakan orang.
Indah para pelajar pasti menyukai dan sangat menghargai keindahan. Sekolah adalah lingkungan sosial kaum terpelajar  dan pusat percontohan keindahan beragam karya manusia. Misalnya, keindahan tata ruang dna taman sekolah, kerapian pakaian seragam sekolah, kebersihan dan keharuman kamar kecil sekolah, keindahan senyum pendidik dan par pelajar. Terpicunya gairah belajar, sangat ditentukan oleh keindahanlingkungan sekolah. Indah tidak selalu berarti megah dan mewah.
Santun  pergaulan dan interaksi sosial warga sekolah pasti dibingkai oleh sikap sopan santunsebagai sikap etika  para pelajar. Santun berpenampilan, santun berbicara, dan santun bertindak, didalan lingkungan lingkungan sosial yang lebih luas. Itulah ciri – ciri keterpelajaran dan keadaban manusia. Memelihara kesantunan dalam lingkunganpergaulan masyarakat modern, tidak dengan sendirinya berarti kampungan atau ketinggalan zaman. Sungguh keliru menganggap manusia modern adalah manusia yang meninggalkan tradidisi kesantunan.
Sadar waktu budaya kita sangat menghargai waktu, sebagaimana dicerminkan dalam peribahasa  sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Para pelajar pun menghargai dan memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk belajar.
Pelajar yang tidak naik kelas atau gagal ujian, boleh jadi diakibatkan ketidak mampuan mengelola waktu. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar, malah dihambur – hamburkan untuk berhibur diri memuasi kesenangan sementara. Kegagalan tidak dapat diatsi dengan caramemutar mundur jarum waktu.
Sadar sosial kesadaran kaum pelajar terhadap masalah – masalah sosial kemasyarakatan, ditujukan melalui upaya –upaya menemukan, merumuskan, dan mencari alternatif tindakan pemecahannya. Sumber – sumber masalah sosial seperti penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas,  tindakan kriminal, dan sejenisnya; sudah diketahui oleh para pelajar.
Kewajiban selanjutnya adalah menghindari dan mencegahnya. Tanngung jawa sosial para pelajar terhadap pelestarian lingkungan hidup, penderitaan sesama manusia, sebagaimana yang selama ini dikembangkan dalam gerakan organisasi kesiswaan, patut dibudayakan secara berkelanjutan.
Sederhana hidup sederhana dalam arti membatasi diri pada tercukupinya kebutuhan pelajar, penting untuk ditegakan. Memamerkan gaya hidup mewah dan berlebihan dilingkungan sekolah, jelas merupakan tindakan yang tidak terpuji. Para pelajar harus selalu menyadari bahwa sekolah adalah lingkungan sosial yang menanamkan rasa percaya diri karena prestasi, bukan tempat pamer prestise kekayaan atau jabatan orang tua. Pelajar yang hidup prihatin tapi prestasi tinggi, itulah yang menjadi gengsi sekolahdan kebanggaan para pendidik.
Jujur  ada sementara pendapat bahwa bangsa kita sedang dirundung krisis kejujuran atau kepercayaan (trust, honesty). Warga sekolah berkewajibanmenegakan nilai – nilai kejujuran itu. Jujur terhadap hati nurani, terhadap sesama manusia, dan kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Mencotek adalah benih ketidak jujuran. Kebiasaan buruk tersebut janganlah dikembangkan menjadi tradisi dan budaya kaum terpelajar. Sekolah yang membiarkan pelajar berbuat curang, atau pelajar yang biasa berbuat tidak jujur, jelas membohongi dirnya sendiri. Segala bentuk prestasi yang diraih dengan cara – car a yang tidak jujur,akan selalu menggelisahkan hati. Demikianlah, faktor utama  pendidikan karakter adalah keteladanan, wujud perilaku nyata dalam kehidupan otentik, dan tidak mungkin dibangun secara instan. Pendidikan karakter harus menjadi sebuah gerakan moral yang menyeluruh, melibatkan berbagai pihak dan jalur, serta berlangsung dalam latar kehidupan alamiah.
                        
C.PERAN KELUARGA, SEKOLAH DAN PELAJAR

Keluarga merupakan penanggung jawab pertama dan utama pendidikan karakter para pelajar.  Masa yang paling peka dan sangat menuentukan adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi tanggung jawab orang tua. Pendidikan keluarga yang tidak dapat digantikan oleh lembaga pendidikan manapun.
Keluarga dipandandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani terutama bagi pengembangan kepribadian dan keadaban manusia. Keluarga dengan fungsi – fugsi biologis, ekonomis, perlindungan , sosialisasi, rekreatif, dan agamis, merupakan lingkungan pengaruh inti. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktik, serta rentan terhadap nilai – nilai yang kacau.
Sekolah adalah organisasi yang dirancang untuk pencapaian tujuan – tujuan yang maslahat bagi upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Sekolah juga merupakan unit atau wahana pembudayaan. Oleh karena itu, sekolah dan para pelajar bertanggung jawab membangun budaya sekolah yang mendukung kelangsungan pedidikan karakter para pelajar.
   Pada seorang guru, mengajar adalah penciptaan  sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni  tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan,serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.12
Jika seluruh komponen pendidikan dan pengajaran tersebut dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka mutu pendidikan dengan sendirinya akan meningkatk. Namun dari seluruh komponen pendidikan tersebut, gurulah yang merupakan komponen utama. Jika gurunya berkualitas baik, maka pendidikanpun akan baik pula. Kalau tindakan para guru dari hari ke hari bertambah baik, maka akan menjadi lebih baik pulalah keadaan dunia pendidikan kita.
 Sebaliknya kalau tindakan dari hari ke hari makin memburuk, maka akan makin parahlah dunia pendidikan kita. Guru-guru kita dapat disamakkan dengan pasukan tempur yang menentukan kemenangan atau kekalahan dalam peperangan.  Jika mereka ingn menang dalam pertempuran mereka harus memiliki kemampuan, penguasaan dan strategi bertempur yang baik. Dalam hubunganya dengan keberhasilan dalam mendidik, maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajarnya yang memberikan ilham ini guru baik adalah guru yang mampu menhidupkan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang memberikan ilham guru yang baik adalah guru yang mampu menghidupkan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-mudirnya. Kemampuan ini harus dikembangkan, harus ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Untuk pengalaman sehari-hari dan memperluas pengetahuanya secara terus-menerus. Untuk menjadi guru yang baik, disamping mengajar ia harus merenung dan membaca. Untuk ini guru membutuhkan waktu. Kalau waktu dihabiskan untuk mengajar dari sekolah  yang satu ke sekolah yang lain setiap hari, dari pagi sampai malam, maka tidak akan ada kesempatan baginya untuk meningkatkan kemapuan sebagai pendidik. Dengan demikian tidak ada harapan baginya untuk meningkatkan mutu pendidikan kita.
  12 JJ.Hasibuan.Dip, Ed.. dkk. Proses belajar mengajar.(Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), cet. V, h.3

D.PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGATASI KRISIS AKHLAK
            Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik (penguasa), kini telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Krisis akhlak pada kaum elite politikterlihat dengan adanya penyelewengan , penindasan, saling menjegal, adu domba, fitnah , menjilat dan sebagainya yang mereka lakukan. Dalam kaitan ini tepat sekali jika headline harian rakyat merdeka. 27 juni yang lalu mengangkat tulisan yang berjudul  pemimpin berwibawa sudah lenyap semua. Pernyataan ini memberi petunjuk bahwa akhlak sebagian besar para elite politik yang pernah dan sedang berkuasa saat ini benar-benar telah merosot dan berdampak pada hilangnya wibawa mereka.
            Sementara itu krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain (menjarah), main hakim sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya dan sebagainya. Sefangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpungan dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, bergaya hidup seperti hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan perilaku kriminal lainya.
            Krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia saat ini belum ada tanda-tandanya untuk berakhir. Keadaan seperti kini dilukiskan oleh syeikh Al-nadvi dalam bukunya madza khasira al-alam bi inbittbath al-Muslim = apa yang diderita  dunia akibat kemerosotan kaum muslimin, (1983:131) bagaikan dunia yang baru saja dilanda gempa dasyat. Disana sini terdapat tiang bergeser, genteng pecah, korban-korban jiwa yang bergempalingan, dan harta benda usnah berserakan. Keadaan seperti inilah yang dihadapi oleh Rosulullah SAW Pada Awal PerjuanganYA. itulah sebabnya fokus perhatian dakwah belum diarahkan pada upaya menyempurnakan akhlak. Dalam salah satu hadisnya beliau mengatakan innama bu’itstu li utammima makarim al-akhlaq = aku diutus (tuhan) ke muka bumi ini semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.
Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuata demikian. Itulah sebabnya belakangan ini banyak sekali seminar yang digelar kalangan pendidik yang bertekad mencari solusi untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikr pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral, pendidikan agama dan pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global, pendidikan harus memberikan kontribusi yang nyata dalam mewujudkan masyarakat yang semakin berbudaya ( masyarakat madani ) dan sebagainya.
            Namun seminar yang berakhiran dengan ,menyampaikan seruan saja tidaklah cukup. Yang diperlukan sekarang adalah segera melakukan langkah-langkag konkrit untuk mengatasinya, yang dimulai dengan mencari akar penyebabnya dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penenanganya, sebagaimana yang pernah dilakukan para ulama islam diakhir abad klasik (tahun ke-XIII M).
Sejarah mencatat, bahwa diakhir abad klasik krisis akhlak pernah melanda dunia islam. Pada masa itu ukhuwah islamiyah sudah terkoyak-koyak oleh kepentingan politik, golongan faham dan kesukuan. Satu kerajaan islam dengan kerajaan islam lainya saling bermusuhan dan berperang. Para penguasa saat itu sudah banyak yang terlibat dalam pembuatan yang memperturutkan hawa nafsu, korupsi, kolusi dan nepotisme. Sedangkan putera-putera mahkota sudang banyak bergelimang dengan perbuatan maksiat, berkelahi antara satu dan lainya karena memperebutkan kedudukan, harta dan pengaruh. Akibatnya sulit dijumpai calon putera mahkota yang benar-benar memiliki kualitas kepribadian, intelektual dan kemampuan lainya yang handal. Dan ketika Hulagu Khan menghancurkan baghdad pada tahun 1258, orang-orang islam sedang berada dalam kbarat menyebutkan sebagai orang eadaan sakit. The sickman of arab (orang arab yang sedang sakit).
Mengahadapi keadaan yang demikian, para ulama mengarahkan kegiatan pendidikan untuk membina akhlak. Al Ghazali ( W.1111 M ) misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan budi pekerti yang mencangkup penanaman kualitas moral dan etika seperti kepatuhan, kemanusiaan, kesederhanaan, dan membenci terhadap perbuatan buruk seperti pola hidup berfoya-foya dan kemunkaran lainya.
Sebelum itu ibn Miskawaih ( W. 1030 M ) telah pula mengembangkan teori tentang akhlak. Menurutnya akhlak tidak bersifat natural atau pembawaan, tetapi hal itu perlu diusahakan secara bertahap, antara lain melalui pendidikan.
Gerakan pembinaan akhlak melalui pendidikan ini dilakukan oleh ulama-ulama berikutnya. Hasilnya memang cukup mengagumkan. Akhlak masyarakat mulai meningkat, tetapi perhatian tehadap ilmu pengetahuan atau pembinaan terhadap kecerdasan intelektual tertinggal, akibatnya mulai diabad pertengahan umat islam tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan. Keharusan menciptakan keseimbangan antara kecerdasan akhlak dengan keecrdasan intelektual menjadi tidak seimbang, dan upaya untuk menciptakan keseimbangan ini tampak belum berhasil. Keadaan sekarang menunjukan bahwa pendidikan telah berhasil membina kecerdasan intelektual, tetapi belum berhasil membina kecerdasan akhlak, dengan tanda-tandanya sebagaimana tersebut diatas. Kini perhatian untuk mengatasi krisis akhlak muncul kembali dengan terlebih dahulu mencari akar penyebabnya.
            Akar-akar penyebab timbulnya krisis akhlak tersebut cukup banyak. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut.
            Pertama, krisis akhlak terjadi karena longgarnya pegangan agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam (self control ). Selanjutnya alat pengontrol perpindahan kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat juga sudah lemah, maka hilanglah seluruh alat kontrol. Akibatnya manusia dapat berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur.
            Kedua, krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang di lakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif.
Ketiga, krisis akhlak terjadi disebabkan derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik, dan sekularistik. Derasnya arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata – mata mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan akhlak. Seperti peredaran obat terlarang,buku porno, alat kontrasepsi dan sebagainya.
Keempat,terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh – sungguh dari pemerintah.