A.PENGERTIAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Menurut
pendapat kardinata (2010)karakter itu menyangkut perilaku yang sangat luas,
mengandung nilai – nilai kerja keras ,kejujuran ,disiplin mutu ,estetika,
komitmen , empati, tanggung jawab, dan rasa kebangsaan yang kuat. Pendidikan karakter
adalah proses ber kelanjutan yang tak pernah berakhir, selama sebuah bangsa dan ingin tetap eksis. Pendidikan
karakter menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pendidikan alih generasi.
Adapun
istilah karakterbangsa tidaklah sama
dengan penjumlahan karakter perorangan , karena dalam karakter
bangsa terkandung perekat budaya yang tercermin dalam kesadaran budaya dan
kecerdasan budaya setiap warga negara.
Pendidikan
karakter harus dilandasi oleh pemahaman terhadap siswa secara mendalam ,
menyatu dalam proses pembelajaran yang mendidik, disadari oleh pendidik sebagai
tujuan pendidikan, dan tidak berwujud sebagai mta pelajaran khusus.
Pendidikan
karakter memerlukan pula kebijakan dan
birokrasi yang mendukung pengembangan budaya belajar. Pola pikir para pejabat
pendidikan dipusat dan didaerah harus mampu melihat melihat dan memposisikan pendidikan sebagai proses membangun karakter, membangun budaya sekolah
yang sehat, dan memahami secara benar tentang seripati pendidikan.
Hal
yang tidak kalah pentingnya, bahwa pendidikan karater adalahpendidikan
sepanjang hayat, yang memerlukan keteladanan dan sentuhan sejak dini hingga
dewasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus melibatkan berbagai
tingkatan, dan linkungan kehidupan, karena tidak mungkin hanya dilaksanakan
oleh sekolah.
B.NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter
meliputi penanaman nilai – nilai : (1) iman ; (2) indah ; (3) santu; (4) sadar
waktu; (5) sadar sosial; (6) sederhana;
dan (7) jujur.
Iman
adalah puncak tertinggi karakter. Iman merupakan wujud kehendak dalam hati
sekaligus wujud perilaku yang memantulkan keyakinan manusia mengenai hubungan
diri dengan Tuhannya, lingkungan kemanusiaannyadalam kehidupan dunia, dan
kehidupan akhirat. Iman menjadi sumber dan pedoman perilaku manusia,
sejakshalat sampai dengan pembiasaan hidup bersih, bahkan menyingkirkan kulit
pisang agar tidak mencelakakan orang.
Indah
para pelajar pasti menyukai dan sangat menghargai
keindahan. Sekolah adalah lingkungan sosial kaum terpelajar dan pusat percontohan keindahan beragam karya
manusia. Misalnya, keindahan tata ruang dna taman sekolah, kerapian pakaian
seragam sekolah, kebersihan dan keharuman kamar kecil sekolah, keindahan senyum
pendidik dan par pelajar. Terpicunya gairah belajar, sangat ditentukan oleh
keindahanlingkungan sekolah. Indah tidak selalu berarti megah dan mewah.
Santun pergaulan dan interaksi sosial warga sekolah
pasti dibingkai oleh sikap sopan santunsebagai sikap etika para pelajar. Santun berpenampilan, santun
berbicara, dan santun bertindak, didalan lingkungan lingkungan sosial yang
lebih luas. Itulah ciri – ciri keterpelajaran dan keadaban manusia. Memelihara
kesantunan dalam lingkunganpergaulan masyarakat modern, tidak dengan sendirinya
berarti kampungan atau ketinggalan zaman. Sungguh keliru menganggap manusia
modern adalah manusia yang meninggalkan tradidisi kesantunan.
Sadar
waktu budaya kita sangat menghargai waktu,
sebagaimana dicerminkan dalam peribahasa
sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Para pelajar pun
menghargai dan memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk belajar.
Pelajar yang tidak naik
kelas atau gagal ujian, boleh jadi diakibatkan ketidak mampuan mengelola waktu.
Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar, malah dihambur – hamburkan
untuk berhibur diri memuasi kesenangan sementara. Kegagalan tidak dapat diatsi
dengan caramemutar mundur jarum waktu.
Sadar
sosial kesadaran kaum pelajar terhadap masalah
– masalah sosial kemasyarakatan, ditujukan melalui upaya –upaya menemukan,
merumuskan, dan mencari alternatif tindakan pemecahannya. Sumber – sumber
masalah sosial seperti penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas, tindakan kriminal, dan sejenisnya; sudah
diketahui oleh para pelajar.
Kewajiban selanjutnya
adalah menghindari dan mencegahnya. Tanngung jawa sosial para pelajar terhadap
pelestarian lingkungan hidup, penderitaan sesama manusia, sebagaimana yang
selama ini dikembangkan dalam gerakan organisasi kesiswaan, patut dibudayakan
secara berkelanjutan.
Sederhana
hidup sederhana dalam arti membatasi diri pada tercukupinya kebutuhan pelajar,
penting untuk ditegakan. Memamerkan gaya hidup mewah dan berlebihan
dilingkungan sekolah, jelas merupakan tindakan yang tidak terpuji. Para pelajar
harus selalu menyadari bahwa sekolah adalah lingkungan sosial yang menanamkan
rasa percaya diri karena prestasi, bukan tempat pamer prestise kekayaan atau
jabatan orang tua. Pelajar yang hidup prihatin tapi prestasi tinggi, itulah
yang menjadi gengsi sekolahdan kebanggaan para pendidik.
Jujur
ada sementara
pendapat bahwa bangsa kita sedang dirundung krisis kejujuran atau kepercayaan (trust,
honesty). Warga sekolah berkewajibanmenegakan nilai – nilai kejujuran itu.
Jujur terhadap hati nurani, terhadap sesama manusia, dan kepada Tuhan Yang Maha
Mengetahui.
Mencotek adalah benih
ketidak jujuran. Kebiasaan buruk tersebut janganlah dikembangkan menjadi
tradisi dan budaya kaum terpelajar. Sekolah yang membiarkan pelajar berbuat
curang, atau pelajar yang biasa berbuat tidak jujur, jelas membohongi dirnya
sendiri. Segala bentuk prestasi yang diraih dengan cara – car a yang tidak
jujur,akan selalu menggelisahkan hati. Demikianlah, faktor utama pendidikan karakter adalah keteladanan, wujud
perilaku nyata dalam kehidupan otentik, dan tidak mungkin dibangun secara
instan. Pendidikan karakter harus menjadi sebuah gerakan moral yang menyeluruh,
melibatkan berbagai pihak dan jalur, serta berlangsung dalam latar kehidupan
alamiah.
C.PERAN KELUARGA, SEKOLAH DAN PELAJAR
Keluarga merupakan
penanggung jawab pertama dan utama pendidikan karakter para pelajar. Masa yang paling peka dan sangat menuentukan
adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi tanggung jawab orang tua.
Pendidikan keluarga yang tidak dapat digantikan oleh lembaga pendidikan
manapun.
Keluarga dipandandang
sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani terutama bagi pengembangan
kepribadian dan keadaban manusia. Keluarga dengan fungsi – fugsi biologis,
ekonomis, perlindungan , sosialisasi, rekreatif, dan agamis, merupakan
lingkungan pengaruh inti. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak
biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara
nilai dan praktik, serta rentan terhadap nilai – nilai yang kacau.
Sekolah adalah
organisasi yang dirancang untuk pencapaian tujuan – tujuan yang maslahat bagi
upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Sekolah juga merupakan unit atau
wahana pembudayaan. Oleh karena itu, sekolah dan para pelajar bertanggung jawab
membangun budaya sekolah yang mendukung kelangsungan pedidikan karakter para
pelajar.
Pada seorang guru, mengajar adalah
penciptaan sistem lingkungan yang
memungkinkan proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai,
materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada
dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan,serta sarana dan
prasarana belajar mengajar yang tersedia.12
Jika seluruh komponen
pendidikan dan pengajaran tersebut dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka
mutu pendidikan dengan sendirinya akan meningkatk. Namun dari seluruh komponen
pendidikan tersebut, gurulah yang merupakan komponen utama. Jika gurunya
berkualitas baik, maka pendidikanpun akan baik pula. Kalau tindakan para guru
dari hari ke hari bertambah baik, maka akan menjadi lebih baik pulalah keadaan
dunia pendidikan kita.
Sebaliknya kalau tindakan dari hari ke hari
makin memburuk, maka akan makin parahlah dunia pendidikan kita. Guru-guru kita
dapat disamakkan dengan pasukan tempur yang menentukan kemenangan atau
kekalahan dalam peperangan. Jika mereka
ingn menang dalam pertempuran mereka harus memiliki kemampuan, penguasaan dan
strategi bertempur yang baik. Dalam hubunganya dengan keberhasilan dalam
mendidik, maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru melalui kegiatan mengajarnya mampu
mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajarnya yang memberikan ilham
ini guru baik adalah guru yang mampu menhidupkan gagasan-gagasan yang besar,
keinginan yang besar pada murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang
memberikan ilham guru yang baik adalah guru yang mampu menghidupkan
gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-mudirnya. Kemampuan
ini harus dikembangkan, harus ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Untuk
pengalaman sehari-hari dan memperluas pengetahuanya secara terus-menerus. Untuk
menjadi guru yang baik, disamping mengajar ia harus merenung dan membaca. Untuk
ini guru membutuhkan waktu. Kalau waktu dihabiskan untuk mengajar dari
sekolah yang satu ke sekolah yang lain
setiap hari, dari pagi sampai malam, maka tidak akan ada kesempatan baginya
untuk meningkatkan kemapuan sebagai pendidik. Dengan demikian tidak ada harapan
baginya untuk meningkatkan mutu pendidikan kita.
12 JJ.Hasibuan.Dip,
Ed.. dkk. Proses belajar mengajar.(Bandung
: Remaja Rosdakarya, 1993), cet. V, h.3
D.PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGATASI
KRISIS AKHLAK
Krisis
akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik (penguasa), kini
telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Krisis akhlak
pada kaum elite politikterlihat dengan adanya penyelewengan , penindasan,
saling menjegal, adu domba, fitnah , menjilat dan sebagainya yang mereka
lakukan. Dalam kaitan ini tepat sekali jika headline harian rakyat merdeka. 27
juni yang lalu mengangkat tulisan yang berjudul pemimpin berwibawa sudah lenyap
semua. Pernyataan ini memberi petunjuk bahwa akhlak sebagian besar para
elite politik yang pernah dan sedang berkuasa saat ini benar-benar telah
merosot dan berdampak pada hilangnya wibawa mereka.
Sementara
itu krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada sebagian
sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain (menjarah), main hakim
sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya
dan sebagainya. Sefangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat
dari banyaknya keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang
berkecimpungan dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian
pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran,
tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, bergaya hidup seperti
hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan
perilaku kriminal lainya.
Krisis
akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa Indonesia saat ini belum ada tanda-tandanya untuk berakhir.
Keadaan seperti kini dilukiskan oleh syeikh Al-nadvi dalam bukunya madza khasira al-alam bi inbittbath
al-Muslim = apa yang diderita dunia
akibat kemerosotan kaum muslimin, (1983:131) bagaikan dunia yang baru saja
dilanda gempa dasyat. Disana sini terdapat tiang bergeser, genteng pecah,
korban-korban jiwa yang bergempalingan, dan harta benda usnah berserakan. Keadaan
seperti inilah yang dihadapi oleh Rosulullah
SAW Pada Awal PerjuanganYA. itulah sebabnya fokus perhatian dakwah belum
diarahkan pada upaya menyempurnakan akhlak. Dalam salah satu hadisnya beliau
mengatakan innama bu’itstu li utammima
makarim al-akhlaq = aku diutus (tuhan) ke muka bumi ini semata-mata untuk
menyempurnakan akhlak.
Menghadapi fenomena
tersebut, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai
penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak
berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena
pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuata demikian. Itulah
sebabnya belakangan ini banyak sekali seminar yang digelar kalangan pendidik
yang bertekad mencari solusi untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikr
pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral,
pendidikan agama dan pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global,
pendidikan harus memberikan kontribusi yang nyata dalam mewujudkan masyarakat
yang semakin berbudaya ( masyarakat madani ) dan sebagainya.
Namun
seminar yang berakhiran dengan ,menyampaikan seruan saja tidaklah cukup. Yang
diperlukan sekarang adalah segera melakukan langkah-langkag konkrit untuk
mengatasinya, yang dimulai dengan mencari akar penyebabnya dan dilanjutkan
dengan langkah-langkah penenanganya, sebagaimana yang pernah dilakukan para
ulama islam diakhir abad klasik (tahun ke-XIII M).
Sejarah mencatat, bahwa
diakhir abad klasik krisis akhlak pernah melanda dunia islam. Pada masa itu
ukhuwah islamiyah sudah terkoyak-koyak oleh kepentingan politik, golongan faham
dan kesukuan. Satu kerajaan islam dengan kerajaan islam lainya saling bermusuhan
dan berperang. Para penguasa saat itu sudah banyak yang terlibat dalam
pembuatan yang memperturutkan hawa nafsu, korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sedangkan putera-putera mahkota sudang banyak bergelimang dengan perbuatan
maksiat, berkelahi antara satu dan lainya karena memperebutkan kedudukan, harta
dan pengaruh. Akibatnya sulit dijumpai calon putera mahkota yang benar-benar
memiliki kualitas kepribadian, intelektual dan kemampuan lainya yang handal.
Dan ketika Hulagu Khan menghancurkan baghdad pada tahun 1258, orang-orang islam
sedang berada dalam kbarat menyebutkan sebagai orang eadaan sakit. The sickman of arab (orang arab yang
sedang sakit).
Mengahadapi keadaan
yang demikian, para ulama mengarahkan kegiatan pendidikan untuk membina akhlak.
Al Ghazali ( W.1111 M ) misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
mengembangkan budi pekerti yang mencangkup penanaman kualitas moral dan etika
seperti kepatuhan, kemanusiaan, kesederhanaan, dan membenci terhadap perbuatan
buruk seperti pola hidup berfoya-foya dan kemunkaran lainya.
Sebelum itu ibn
Miskawaih ( W. 1030 M ) telah pula mengembangkan teori tentang akhlak.
Menurutnya akhlak tidak bersifat natural atau pembawaan, tetapi hal itu perlu
diusahakan secara bertahap, antara lain melalui pendidikan.
Gerakan pembinaan
akhlak melalui pendidikan ini dilakukan oleh ulama-ulama berikutnya. Hasilnya
memang cukup mengagumkan. Akhlak masyarakat mulai meningkat, tetapi perhatian
tehadap ilmu pengetahuan atau pembinaan terhadap kecerdasan intelektual
tertinggal, akibatnya mulai diabad pertengahan umat islam tertinggal dalam
bidang ilmu pengetahuan. Keharusan menciptakan keseimbangan antara kecerdasan
akhlak dengan keecrdasan intelektual menjadi tidak seimbang, dan upaya untuk
menciptakan keseimbangan ini tampak belum berhasil. Keadaan sekarang menunjukan
bahwa pendidikan telah berhasil membina kecerdasan intelektual, tetapi belum
berhasil membina kecerdasan akhlak, dengan tanda-tandanya sebagaimana tersebut
diatas. Kini perhatian untuk mengatasi krisis akhlak muncul kembali dengan
terlebih dahulu mencari akar penyebabnya.
Akar-akar
penyebab timbulnya krisis akhlak tersebut cukup banyak. Yang terpenting
diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, krisis akhlak terjadi karena
longgarnya pegangan agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam
(self control ). Selanjutnya alat pengontrol perpindahan kepada hukum dan
masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat juga sudah lemah, maka hilanglah
seluruh alat kontrol. Akibatnya manusia dapat berbuat sesuka hati dalam
melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur.
Kedua, krisis akhlak terjadi karena
pembinaan moral yang di lakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah
kurang efektif.
Ketiga,
krisis akhlak terjadi disebabkan derasnya arus budaya hidup materialistik,
hedonistik, dan sekularistik. Derasnya arus budaya yang demikian itu didukung
oleh para penyandang modal yang semata – mata mengeruk keuntungan material
dengan memanfaatkan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan
akhlak. Seperti peredaran obat terlarang,buku porno, alat kontrasepsi dan
sebagainya.
Keempat,terjadi
karena belum adanya kemauan yang sungguh – sungguh dari pemerintah.
3 komentar:
siiiip :)
Orang pintar tp karakter'y rendah,..ga jauh beda sama hewan...
intinya menanamkan akhlak yang baik pada seorang anak yang dimulai dari kecil agar dia memiliki karakter yang baik
Posting Komentar